Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Gara - Gara Gula Impor Bikin Stok PG Poerwodadie Menumpuk, Petani Magetan Kesulitan Modal Modal


LAWUTV.COM MAGETAN – Stok gula milik PG Poerwodadie, Kabupaten Magetan, menumpuk hingga 4.200 ton di lima gudang karena tak kunjung terserap pasar. Kondisi ini sudah terjadi sejak periode lelang ke-8 dan berlanjut hingga periode ke-13 yang digelar minggu ini, tanpa ada pembeli yang berminat.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Wilayah Kerja PG Poerwodadie, Sudaryanto, menegaskan bahwa situasi ini membuat permodalan petani macet.
“Untuk melanjutkan masa tanam 2025 tersendat dengan macetnya modal ini. Pedagang enggan membeli gula petani dengan harga Rp 14.500 karena adanya gula rafinasi yang sudah menyebar di pasar dengan harga Rp 12.500,” ujarnya, Selasa (12/8/2025).

Manager Akutansi PG Poerwodadie, Tri Kartika, menjelaskan pabrik sudah berupaya melelang gula setiap minggu, namun tidak berhasil karena dari periode 8 hingga periode lelang 13 belum ada kejelasan pembeli gula..
“Dari periode 8 hingga periode 13 minggu ini ada sekitar 4.200 ton gula yang masih menumpuk di gudang. Kita tidak punya kewenangan di penjualan, kewenangan kita hanya produksi. Permasalahan ini sudah kita sampaikan ke direksi,” jelasnya.
Dampak Kebijakan Impor Gula
Banjirnya gula rafinasi impor yang mulai masuk sejak Februari 2025 dinilai sebagai biang keladi. Gula rafinasi yang seharusnya untuk kebutuhan industri justru beredar di pasar retail dengan harga jauh di bawah harga patokan petani.
Menurut Sudaryanto, solusi yang tepat bukan menghentikan impor, melainkan mengatur waktunya.
“Sebaiknya pemerintah impor setelah pabrik gula selesai giling, baru dihitung kekurangannya. Kalau impor di bulan dua, pabrik belum giling dan pasar langsung kebanjiran gula,” terangnya.

Lahan Tebu Terancam Susut Lagi
Data APTR menunjukkan, luas lahan tebu di Magetan terus menyusut dari 7.000 hektar menjadi hanya 3.300 hektar pada 2024. Jika penjualan gula terus macet, petani akan memilih beralih ke padi karena musim tanam tebu terbaik hanya sampai Agustus.
“Tebu butuh panas untuk penguapan. Kalau ditanam musim hujan pertumbuhan justru kurang baik. Kalau modal macet, petani akan pilih menanam padi,” imbuh Sudaryanto.
Situasi ini menjadi alarm bagi keberlanjutan industri gula rakyat di Magetan. Tanpa penyerapan pasar yang sehat, lahan tebu bisa terus berkurang dan ketergantungan pada gula impor semakin besar.

Posting Komentar

0 Komentar