Semarang - Pangan beraneka ragam serta bergizi memerlukan riset serta investasi yang tidak sedikit. Negara maju bisa dipastikan risetnya maju, anggaranya besar dan terkoneksi antara kampus dan industri.
“Pangan Indonesia yang kaya akan ragam serta nilainya perlu penguatan inovasi serta koneksi dengan berbagai pihak agar mempercepat proses hilirisasi pangan yang bermutu” jelas Riyono Aleg Komisi IV dapil 7 Jatim
Data BRIN 2024 menunjukkan adanya perkembangan zaman, pola konsumsi masyarakat pun mulai bergeser. Saat ini, masyarakat sudah memiliki kesadaran tinggi untuk mengkonsumsi makanan sehat. Mereka tidak hanya sekedar makan, tetapi juga ingin mendapatkan benefit dari makanan yang dikonsumsi untuk kesehatan.
“RUU Pangan harus mampu mengoptimalkan keanekaragaman hayati Indonesia 40.000 jenis tumbuhan berbiji, 80.000 jenis tumbuhan berspora, 1.500 alga, hingga 8.157 jenis fauna vertebrata.
Semua perlu Riset dan investasi yang tidak murah. Tapi untuk masa depan pangan Indonesia sangat penting, apalagi kita ingin menjadi pemain pangan kelas dunia” tambah Riyono.
Riset dan investasi Pangan menjadi tren yang harus semakin di dorong lebih kuat dalam pemikiran dan alokasi anggaran riset terutama yang di kelola oleh BRIN. Riset pangan harus mampu menjawab tren konsumsi masyarakat kita.
“Riset menjadi motor inovasi dan investasi pangan masa depan. Anggaran riset BRIN hanya 2 Trilyun untuk 2025 rasanya belum cukup, RUU Pangan perubahan ke tiga ini hendaknya bisa membantu penguatan riset berbasis pangan yang akan menarik investasi ke depan” tutup Riyono Caping
0 Komentar